25 Desember 2009

kisah sang elang

Seorang petani
menemukan sebuah telur
di sawahnya, dan
ternyata telur yang
ditemukannya itu adalah
telur elang. Namun si
petani tersebut tidak
menyadarinya. Wah,
lumayan nih dapet
sebutir telur, bisa untuk
tambahan menu
makanan hari ini, pikir si
petani. Sesampainya di
rumah, petani tersebut
urung melakukan
niatnya, melihat bentuk
telur itu yang agak besar
dan berbeda dengan
telur ayam biasanya.
Akhirnya si petani
tersebut menaruh telur
elang tersebut di
kandang seekor ayam
betina di belakang
rumahnya untuk di-
erami.
Hari berganti hari, dan
akhirnya telur elang
itupun menetas bersama
dengan telur-telur ayam
lainnya. Masa kanak-
kanak elang tersebut
dihabiskan dengan anak-
anak ayam yang lain.
Dan akhirnya tingkah
elang tersebut pun
seperti layaknya ayam
yang lain. Si anak elang
menjalani kehidupannya
seperti ayam, seperti
yang dilakukan sang
saudara tirinya, mencari
cacing, bermain dengan
ayam-ayam.
Hingga suatu saat dia
melihat ada seekor elang
terbang diatas mereka,
sang anak elang pun
terpana melihat elang
tersebut terbang bebas
diangkasa. “wah enak ya
si elang bisa terbang
bebas,” kata si anak
elang tersebut. ”Jangan
mimpi deh, kamu kan
ayam ngga bisa terbang
seperti mereka,” kata
saudara tiri si elang.
Anak elang tumbuh
dewasa. Badannya
semakin tegar, sayapnya
semakin kokoh, kuat
paruhnya semakin tajam,
dan kakinya semakin
mencengkram. Tapi dia
masih saja bertingkah
seperti ayam. Dia tidak
berani tuk mengepakkan
sayapnya, hanya bersedih
melihat dirinya berbeda
dengan ayam-ayam
lainnya dan hanya bisa
memandang ke langit
memperhatikan burung-
burung lain yang
terbang. Hingga akhirnya
si elang itupun mati
tanpa ia bisa
mengepakkan sayapnya
dan terbang tinggi di
angkasa.
—————————-
Sebuah pelajaran yang
berharga dari cerita di
atas. Tentang
diibaratkannya diri kita
adalah seekor elang yang
sebetulnya mampu untuk
terbang, melayang
tinggi, dan bermain di
angkasa. Hanya tinggal
kemauan untuk mencoba
mengepakkan sayap,
maka kita akan bisa
terbang bersama burung-
burung yang lain dan
malah bisa lebih tinggi
kalau kita menyadari
bahwa diri kita memiliki
kelebihan dan kekuatan
untuk melakukan hal itu.
Tapi sayang, kadang-
kadang mental kita
masih berada jauh dari
impian, masih berkutat
di dalam lingkungan yang
sempit, kuno, dan tidak
mau berubah seperti
eleng tadi. Untuk keluar
mencoba melakukan
sesuatu hal yang baru
masih belum bisa dan
tidak berani
melakukannya. Kita
masih terkondisikan oleh
lingkungan, tanpa mau
tahu sebetulnya kita juga
bisa menciptakan kondisi
lingkungan.
Memang berat menjadi
seekor elang di
lingkungan ayam, karena
memang sudah menjadi
kebiasaan, menjadi
sebuah tabiat, semua
dilakukan atas asas
tradisi. Tapi tidak ada
salahnya tuk mencoba,
tidak ada salahnya tuk
bisa berubah. Hidup
adalah sebuah alur yang
tidak selalu lurus. Ia
bergerak dinamis
mengikuti arah
perkembangan jaman.
Banyak rintangan dan
hambatan menjadikan
sebuah pelajaran buat
kita tuk bisa
menghadapinya.
Kesabaran tuk belajar
mengepakkan sayap
secara perlahan-lahan
tapi pasti akan
menunjukkan jati diri
bahwa kita adalah
manusia yang diciptakan
oleh Allah secara
sempurna yang diberikan
akal untuk berpikir, tuk
bertahan hidup, dan juga
tuk bisa merasakan
setiap perbedaan dengan
perubahanperubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar