14 Februari 2010

MEMILIH MAINAN UNTUK ANAK

Anak balita tanpa
mainan? Hal itu jelas
mustahil. Anak hidup
dengan bermain dan
belajar juga lewat
bermain. Membiarkan
tangan anak kosong
tanpa satu pun benda
dipegangnya untuk
dimainkan hanya akan
menjadi bumerang bagi
orang tua. Rewel dan
uring-uringan sangat
mungkin terjadi.
Lebih parah lagi jika
kemudian mereka
beralih menjadi “TV
mania”, yang kuat
berjam-jam di depan
televisi, sementara
tayangannya belum
tentu sesuai dengan usia
mereka.
Namun di tengah
membanjirnya produksi
mainan anak, orang tua
juga ternyata perlu
selektif memilihnya.
Beberapa kriteria perlu
diperhatikan agar
mainan yang kita berikan
pada anak-anak memiliki
nilai manfaat dan juga
aman bagi mereka.
Berikut ini kriteria
mainan dan permainan
anak yang bisa menjadi
acuan bagi orang tua:
- Berasal dari bahan yang
aman (tidak mengandung
racun)
- Bisa mengaktifkan saraf
motorik (motorik kasar
maupun motorik halus)
Contoh: balok-balok
kayu, bola berbagai
ukuran, gelas-gelas
plastik untuk di tumpuk,
manik-manik besar untuk
dironce, alat jahit
mainan, pasir dan air,
lempung mainan,
kelereng luncur, mobil-
mobilan yang bisa
ditarik, sepeda roda tiga,
ayunan, perosotan, dll
- Bisa mengaktifkan sisi
kognitif otak
Contoh: kartu-kartu
kata, kartu-kartu
gambar, PAS,
logico,puzzle (dari
kertas, kayu, atau bahan
sintetis), buku-buku
cerita, balok-balok
bongkar pasang, dll.
- Memungkinkan adanya
interaksi dengan anak
sebaya atau orang tua
Misalnya: bermain bola,
bermain lompat tali,
atau bermain tebak kata
dengan kartu-kartu.
Hindari sedapat mungkin
mainan yang
mempergunakan baterai
pada usia balita, karena
akan mengurangi
aktivitas motorik
mereka. Membiarkan
anak-anak berlarian di
halaman jauh lebih baik
daripada membiarkan
mereka hanya terduduk
melihat mobil-mobilan
elektrik berjalan dengan
bantuan remote control.
Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar